Kota dalam Teater

Naskah ini dilindungi hak cipta apabila hendak mementaskan harap hubungi kontak idrf

Kota dalam Teater

Penulis

Kala Teater Makassar / Shinta Febriany

Tahun

2017

Panjang

17
halaman

Karakter

4

Genre

Repertoire

Rating Umur

17+

Peringatan Konten

Naskah ini mengandung adegan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan atau memicu trauma, terutama terkait bunuh diri, kedukaan, gangguan jiwa, serta elemen visual yang menggambarkan keterpurukan psikologis. Pembaca diharapkan berhati-hati dan mempertimbangkan kesiapan emosional sebelum melanjutkan.

Sinopsis

Naskah ini menghadirkan tiga pertunjukan yang menggambarkan realitas sosial dan lingkungan di Kota Makassar melalui pendekatan teater dokumenter. Lakon ini berangkat dari hasil riset terhadap berbagai isu yang dihadapi warga kota, seperti aksi bunuh diri, meningkatnya jumlah orang dengan gangguan jiwa, dan dampak reklamasi Pantai Losari. Dari isu-isu tersebut, adegan kemudian dieksplorasi melalui penggabungan data, puisi, serta eksplorasi teatrikal.

Dalam “Jangan Mati Sebelum Dia Tiba”, adegan bermula dari sebuah lorong yang terasa menghimpit dan menekan. Jarak antara penonton dan aktor sangat dekat. Para aktor menunjukkan ketakutan dan keputusasaan. Tali-tali bergelantungan, cahaya, dan kantong plastik merah mempertajam kekelaman. Aktor-aktor mencoba berbicara, namun suara-suara di kepala mereka lebih kuat. Di antara mereka, ada yang berbicara tentang cinta yang berujung duka. Di sisi lain, seorang aktor memasang Pakarena, dan yang lain geram pada negara. Tubuh-tubuh mereka terus bergerak, suara-suara berserak, daftar nama bunuh diri terus disebutkan satu per satu—sebuah daftar panjang dari mereka yang mengakhiri hidup dengan cara beragam. Para aktor kemudian mulai mengatakan kalimat-kalimat sebelum pengakhiran. Setelah “selamat tinggal” diucapkan, kepedihan menjadi semakin pekat. Mereka bergegas, jatuh bangun, bertabrakan, namun Tuhan belum tiba. Para aktor bergetar, lalu berjalan keluar.

“Gila Orang Gila” dimulai dalam ruang yang terbatas, intim, dengan baju-baju berhamburan di lantai. Gendang Makassar mulai terdengar, para aktor muncul dengan tingkah tak terkendali. Mereka lalu mengenakan baju-baju seperti memakai identitas-identitas baru. Para aktor menyebutkan daftar nama dan usia. Mereka bergerak kacau—ada yang mengancam, ada yang menari, ada yang terus berbicara pada diri sendiri. Dalam kegilaan yang semakin liar, mereka mulai mengigau tentang masa lalu, tentang perang, kekalahan, penantian, dan perpisahan yang tak terhindarkan. Tubuh-tubuh mereka lalu tindih-menindih. Kegilaan terus berbunyi, di dalam dan luar diri aktor—kegilaan yang berasal dari kekecewaan dan ketidaksanggupan. Saat identitas sudah banyak terpasang, para aktor mulai merayakan pelepasan. Mereka membuka pakaian, melemparkannya ke udara, lalu mengucapkan teks perayaan. Para aktor mencari-cari pantulan diri pada penonton yang menjelma masa silam. Bunyi gendang terdengar lagi, mereka lalu melepas baju terakhir. Lampu padam, bebunyian hilang, begitu juga identitas yang lepas.

Sementara “Beri Aku Pantai yang Dulu” dimulai di sebuah ruang yang lengang. Layar putih menampilkan gambar matahari tenggelam, ombak berderu, dan hening yang perlahan merambat. Gambar-gambar kemudian bermunculan dengan cepat—alat-alat berat, para aktor, serta reklamasi Pantai Losari. Muncul juga suara-suara warga, hasil wawancara, yang kemudian berhenti. Para aktor mulai berlari dari kenyataan yang semakin menekan. Suara wawancara terdengar lagi, para aktor menunjukkan perlawanan terhadap gambar alat berat, tetapi mereka terdesak dan jatuh berkali-kali. Suara-suara semakin bising. Layar gelap selama lima detik. Lagu Di Wajahmu Kulihat Bulan kini terdengar, dan reklamasi mulai menghalangi matahari tenggelam. Para aktor membawa bunga-bunga, puisi duka lalu dibaca sebagai mantra. Setelahnya, bunga-bunga diletakkan di bawah layar. Sebuah stand mic diarahkan pada penonton, dan para aktor pergi meninggalkan panggung. Ritual telah selesai.

Naskah hanya dapat diakses oleh member. Silahkan masuk atau mendaftar jika Anda belum terdaftar.

Naskah lakon lainnya

  • Kota dalam Teater

    Penulis

    Kala Teater Makassar / Shinta Febriany

    Tahun

    2017

    Panjang

    17

    halaman

  • CUT OUT

    Penulis

    Riyadhus Shalihin

    Tahun

    2018

    Panjang

    32

    halaman

  • Biar Kutulis untukmu Sebuah Puisi Jelek yang Lain

    Penulis

    Andre Nur Latief

    Tahun

    2010

    Panjang

    25

    halaman

  • Bukan Perjaka

    Penulis

    Trisa Triandesa

    Tahun

    2018

    Panjang

    22

    halaman